Tuesday 27 July 2010

mimpi yang -suatu saat- menjadi kenyataan

-Saat SD kelas 2-
Guru SD: Agung, apa impianmu saat besar nanti?
Saya: Jadi dokter bu..

-Saat SMP kelas 1-
Guru SMP: Agung, apa impianmu di masa depan?
Saya: Saya ingin terbang pak..

---------------------- 10 tahun kemudian -----------------------

Sejak kecil saya paling bingung ketika harus menjawab pertanyaan tentang impian. Ingin jadi dokter, ingin jadi ekonom, dan masih banyak lagi jawaban-jawaban yang spontan saya lontarkan kalau mendengar pertanyaan ini. Pertanyaan yang mungkin sudah lebih dari lima puluh kali saya dengarkan. Dan itu artinya lima puluh kali pula saya sudah bingung dengan jawaban yang sesuai sehingga saya jawab hanya dengan 'ngasal' saja.

Sering saya berpikir apa sebenarnya penyebab kebingungan itu. Bisa jadi itu adalah karena saya takut bermimpi, atau mungkin sebaliknya, bahwa ternyata saya punya terlalu banyak mimpi sehingga amat susah untuk menjawabnya hanya dalam satu kesempatan.

Mimpi-mimpi itu terus saya bawa sampai sekarang, beberapa saat setelah saya lulus sebagai sarjana ekonomi. Senang rasanya, karena itu artinya saya selangkah lebih dekat dengan mimpi-mimpi tadi. Dan saya tidak malu dengan itu, karena saya ingat persis seorang bijak pernah berkata:

"Kesuksesan lahir dari mimpi-mimpi kita, maka teruslah bermimpi dan rekatkanlah dengan usaha dan doa."

Mimpi itu memang penting, namun bukan berarti mimpi berkepanjangan adalah hal yang baik. Seperti misalnya pemerintah yang bermimpi menyejahterakan masyarakatnya, namun ternyata hingga saat ini angka kemiskinan masih menjangkau 13 persen atau dengan kata lain lebih dari tiga puluh juta jiwa di negara ini masih hidup di bawah taraf kemiskinan. Jangankan untuk bersekolah, makan yang layak saja adalah mimpi-mimpi lain yang harus dipendam oleh mereka.

Ya, awalnya dari mimpi dan sayangnya harus berakhir sebagai mimpi juga. Itulah nasib orang-orang yang hanya jadi komoditas sesumbar janji saat pemilu dan pemilihan pemimpin lainnya datang, dan begitu cepatnya dilupakan saat mereka sudah terpilih. Secepat janji itu datang, dan secepat itu janji itu pergi.

Akhir-akhir ini televisi kita tampaknya sudah terlalu capek untuk menayangkan gosip-gosip tentang video mirip artis terkenal itu. Pelan tapi pasti berita-berita mulai tergantikan dengan ledakan tabung gas elpiji, sering bolosnya anggota DPR, dan kenaikan tarif dasar listrik. Mungkin berita ini dapat menjadi mimpi baru bagi sebagian orang, tapi yang pasti banyak mimpi-mimpi lain telah tertutup karena ledakan gas elpiji itu.


Sekarang, bagaimana dengan mimpi Anda? Salam.

2 comments:

Rhein said...

Selama masih punya mimpi.. Karena manusia hidup dari mimpi.. :)

Agung Putrajoyo said...

yup bener bgt, kayak lagunya nidji.. =)
btw salam blogger neh..