Friday 22 July 2011

Sebuah Tempat Bernama Bali

Well tidak terasa nyaris enam bulan sudah saya menghabiskan hidup saya di Pulau Dewata ini. Sudah merasakan yang namanya Nyepi di Bali, ngelewatin Galungan dan Kuningan juga, bahkan pernah sampe dipanggil pecalang ke banjar (forget it.. X_X)  Mungkin sekarang, setelah 6 bulan yang panjang dan penuh perjuangan hadepin culture shock ini saya bisa resmi dinyatakan sebagai warga Bali yang taat dan beragama. #eaa

PANAS!! Itu kesan pertama yang saya dapati disini. Bukan hanya di daerah pantai, bahkan di tengah Kota Denpasar pun panasnya bisa ajubilah kalo siang. Gak heran setiap kali ada teman lama yang berkunjung kesini atau ketika ke Surabaya, pasti aja komentar pertamanya kalo saya tambah item. Ya beginilah resiko hidup di pulau yang dikelilingin pantai seperti Bali. =P



DENPASAR
Denpasar merupakan ibukota provinsi yang juga merupakan pusat kehidupan masyarakat kota-kota kecil di Bali seperti Tabanan, Singaraja, Gianyar, hingga Karang Asem. Kalau dibandingkan dengan dua kota tempat saya berlabuh sebelumnya, yakni Surabaya dan Jakarta, tentu Denpasar ibarat kehidupan di dalam tempurung, sepi dan nyaris tidak apa-apa, but much better kalo dibandingin ama kota kelahiran saya, Mataram - Lombok. Jangan berharap akan menemukan mall yang bagus di Denpasar. Memang di sini ada pusat blanja tapi dalam skala yang jauh jauh lebih kecil kalo dibandingin ama Grand Indonesia Jakarta atau Tunjungan Plaza Surabaya.. Bahkan menurut saya mall yang bagus di Bali hanya ada dua yakni Mall Bali Galeria dan Discovery Shopping Mall yang keduanya terletak di area Kabupaten Badung.

Enak sih hidup di Denpasar, kotanya simpel (coz jalannya cuman sekelumit dan itu-itu doank), terus penduduknya itu ramah n jujurrr banget. Beda banget lah ama gaya-gaya preman kayak di Surabaya Utara (Demak, Perak, dan skitarnya). Itu juga mungkin yang membuat Bali terkenal aman. Selain itu warga sini (yang mayoritasnya beragama Hindu) juga amat percaya akan Karmaphala, tapi justru itu bisa menjadi satu hal yang positif dan membuat banyak ekspatriat betah untuk stay di Bali dalam waktu lama.

Anyway ada beberapa hal yang mau saya share tentang Denpasar (dan sekitarnya):
  • Macetnya itu (apalagi kalo jam-jam tertentu) polll astaghfirullah polll.. Jalan dari arah Teuku Umar ke Sunset Road aja bisa ngabisin waktu hampir sejam (padahal kalo gak macet mungkin cuma 15menit). Kemacetan ini kebanyakannya sih disebabin ama galian DSDP (semacem limbah gitu) yang gak slesei-slesei dari jaman dodol.. *ini menurut crita temen saya yg asli Bali lhoo..*
  • Jarangg banget ada yg jualan penyetan ama pecel. Padahal ini menu favorit sejak SMA di Surabaya. 'Duh cek susah'e rek dadi wong suroboyo gak iso mangan penyetan karo pecel nang Bali..' begitu selalu keluh saya dan temen-teman yg juga berasal dari Surabaya. Satu-satunya tempat makan penyetan yang menurut saya paling komprehensif dan lengkap pilihannya disini hanya Penyetan Leko *special thanks to Leko yang selalu sukses jadi obat kangen masakan Surabaya selama di Bali*
  • Pusat belanja yang paling ramai di Denpasar adalah Matahari  Duta Plaza, Tiara Dewata, dan Ramayana Bali Mall. Lumayan sih memang selain ada department store, supermarket, Timezone, juga ada beberapa restoran fastfood seperti McDonald's, KFC, Pizza Hut, CFC, dll.
  • Makanan khas Bali tergolong tasty and spicy. Yang paling populer sih babi guling dan ayam betutu. Kalo untuk babi guling, yang paling enak (dan memang selalu ramai) adalah Babi Guling Candra di Jl. Teuku Umar, Gemah Ripah di belakang Tiara Dewata, lalu babi guling renon di dekat Bundaran Renon. Kalau untuk ayam betutu yang terkenal adalah Ayam Betutu Gilimanuk (di daerah Renon), Ayam Betutu Gatsu, serta ada satu lagi restoran di daerah Gunung Sanghyang, Denpasar.
Sementara itu dulu sharing saya dari Bali, nantikan kabar lainnya dari Denpasar.. ;D

Monday 11 July 2011

A Part of My Life in Bali (chapter 4 - tamat): Everyday is Holiday

Kehidupan di pulau dewata ini tampaknya sedikit banyak telah mempengaruhi kehidupanku secara sosial. Banyaknya hari libur lokal di Bali, ditambah angin sepoi-sepoi yang setia bertiup menambah suasana di Pulau yang konon sering dijuluki sebagai "Island of God" ini dapat disebut sebagai pulaunya liburan.. Pada posting kali ini saya akan menulis review tentang tempat asyik di Pulau Bali sekaligus menjadi seri penutup dari A Part of My Life in Bali (chapter 4 - tamat).

"So, everyday is holiday yeah?"

To be honest, spot favorit saya untuk menikmati weekend di pulau ini adalah Kuta. Sebuah area pantai terpadu yang dipenuhi oleh turis baik asing maupun domestik. Turis asing yang rajin menongkrongi pantai ini sebagian besarnya berasal dari Australia dan Jepang. Namun akhir-akhir ini tendensi Kuta sudah semakin menurun pasca lalu lintas yang teramat padat ditambah lagi dengan pembuatan saluran air dan pedestrian disana-sini menambah kesemrawutan area pantai yang tergolong prestisius ini. Lepas dari semua fakta itu, Kuta masih menjadi salah satu magnet bagi wisatawan. Jejeran restaurant dan cafe waralaba internasional seperti Burger King, Domino's Pizza, Häagen-Dazs, Bubba Gump Shrimp Co., Starbucks Coffee, Hard Rock Cafe, Black Canyon Coffee, hingga produk lokal nan laris seperti Oceans 27, Mayang Suki and Pancake, Warung Made's, dan tentu saja Flapjaks yang begitu terkenal itu.

Tidak sabar dengan review lainnya? Nantikan.