Sunday 7 February 2010

INDOSIAR, Seekor Macan yang Tertidur

Saya ingat ketika masih kecil dulu bahwa indosiar yang identik dengan logo ikan terbangnya itu begitu mendominasi hidup saya. Saat hari minggu pagi datang, saya dan banyak anak lainnya begitu rajin memelototi film kartun Detektif Conan, Power Rangers, Ultraman, dan banyak lainnya. Bahkan ketika saya beranjak SMP dan sudah mulai menganggap film kartun sebagai tontonan anak-anak, saya masih saja setia mengikuti berbagai serial drama Asia di televisi yang lahir di Kota Surabaya ini. Meteor Garden, Endless Love, dan masih ada beberapa film lainnya yang menjadi langganan saya.

Tahun-tahun setelah itu seakan menjadi masa kelam untuk stasiun televisi ini. Pelan namun pasti, Indosiar seperti kehilangan jati dirinya sebagai stasiun televisi yang menghadirkan hiburan untuk remaja, anak-anak dan keluarga. Penanyangan film kolosal, sinetron yang berbelit-belit seperti Tersanjung menambah daftar panjang blunder yang dilakukan Indosiar. Saya jadi sering bertanya, dimana Indosiar berdiri sebenarnya. Anak-anak, remaja, dewasa, atau keluarga? Atau malah mungkin campur-campur? Ah sudahlah, biar eksekutif Indosiar saja yang memikirkan hal itu. Kami hanyalah penonton yang tentu menginginkan tontonan terbaik.

Dan benar saja, hadirnya sang rising star TRANS TV di samping idola baru lainnya seperti TV ONE, METRO TV, TRANS 7, serta GLOBAL TV mengubur dalam-dalam ingatan saya tentang Indosiar. Pemain baru tersebut punya identity dan positioning yang begitu kuat, sehingga membuat Indosiar seakan tampak jadul dan tertinggal. Saya bahkan jadi suka menaruh Indosiar di urutan terakhir ketika mengatur channel TV untuk menghindarkan diri melihat tayangannya yang menurut saya sudah tidak termaafkan.

Saya sudah begitu lama menantikan masa-masa ikan terbang itu akan bangun kembali. Dan benar saja, ajang TAKE ME OUT dan TAKE HIM OUT membuktikannya. Dua acara yang dibalut di tengah jenuhnya masyarakat kita atas dominasi sinetron dan acara musik di televisi nasional lainnya kemudian menjadi booming serta begitu ngetren. Teman-teman di kampus kemudian menjadi begitu seringnya membicarakan ajang cari jodoh ini atau sekedar menuliskannya di account Facebook milik mereka. Sungguh cerdas rupanya Indosiar menangkap sebuah kecenderungan masyarakat kita tidak lagi tabu dan malu-malu untuk menyatakan dirinya sedang single dan ingin mencari jodoh. Lihat saja di Facebook dan jejaring sosial lainnya dimana selalu terdapat kolom 'relationship status' yang padahal dengan mudah dapat diakses dan dilihat semua orang.

Dan ketika dua reality show ini mulai decline, Indosiar cepat-cepat menayangkan TAKE CELEBRITY OUT yang sangat menghibur dibandingkan acara infotainment yang makin hari makin membosankan. Saat ini Indosiar akan segera menayangkan acara yang sudah sangat ngetren di Amerika dan Eropa sana, Indonesia's Got Talent. Apakah ini akan menjadi kebangkitan baru Indosiar? Kita tunggu saja.

2 comments:

Asreee said...

lho gung,aku skarang lagi magang di Trans TV lhooo *congkak*

Indosiar emank segmentasinya kan kalangan bawah yang suka sama tontonan kayak begitu.makanya dia juga ngikutin keinginan pasarnya.mungkin buat kita itu nggak menarik.karena memang kita bukan target segmentasi mereka.

hehe

Tapi jangan salah lho.
Trans TV juga bikin reality show yang menurutku terlalu banyak dan cuman membohongi orang.

peace,love,and gaul
:p

Agung Putrajoyo said...

iyaaa aq udah tau km magang d trans TV, dari statusmu di BBM yang sudah cukup mutlak menyatakan keberadaanmu.. hihihihi..

iya sihh.. mulai dari termehek-mehek sampe realigi.. haruse dibikin donk reality show kehidupan anak kampus gt.. ntar petra masuk.. heheheheh..