Wednesday 11 September 2013

Ho Chi Minh City: Cao Dai Temple & Cu Chi Tunnels (Part 2 of 3)

Selalu terselip perasaan senang tiap kali terbangun di kota yang baru. Hari ini kota itu adalah Ho Chi Minh City, kota terbesar di Vietnam, sebuah negara yang belasan tahun lalu pernah luluh lantak oleh perang. Hari ini, HCMC telah menjadi kota berkembang yang sangat indah dengan tata kota khas kolonial Prancis. Masyarakatnya begitu ramah dan optimis untuk terus maju menjadi salah satu kota besar di Asia Tenggara. Rencana perjalanan hari ini adalah mengikuti city tour untuk mengunjungi Cao Dai Temple dan Cu Chi Tunnels. Walaupun secara pribadi saya tidak terlalu suka mengikuti tour yang sifatnya "terjadwal" seperti ini, namun pilihan akhirnya jatuh ke tour local karena selain mempertimbangkan kedua objek wisata yang letaknya cukup jauh dari dalam kota Ho Chi Minh serta public transport disana masih belum terlalu bagus apabila dibandingkan dengan kota maju di Asia lainnya. Selain itu, harga tour local ini pun terbilang murah, yakni hanya 185.000 VND (Vietnam Dong) atau sekitar Rp 90.000 untuk tour seharian dengan bus ber-AC dan guide berbahasa Inggris! DAMN I Love HCMC! Hahaha..

Pemberhentian pertama tour ini adalah Cao Dai Temple yang terletak di Kota Tay Ninh. Sejenis kuil tempat ibadah aliran Cao Dai, dimana di kuil ini lima agama yakni Konghucu, Buddha, Islam, Katolik, dan Taoisme beribadah bersama-sama dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa. Alirannya yang dinamakan Caodaism mempunyai penganut sekitar dua juta jiwa yang tersebar di seluruh Vietnam hingga ke Prancis. Saya pernah melihat kuil sejenis di daerah Nusa Dua, Bali. Namun kuil yang terletak di Vietnam ini jauh lebih indah dan khusuk. Rasanya tidak ada batasan rasa iri, sirik, apalagi saling curiga antar umat beragama disini. Sesuatu yang sangat harus dicontoh oleh bangsa kita sendiri, dimana isu tentang agama sering menjadi isu yang paling mudah "dijual" dan tersulut.

Selanjutnya rombongan diajak untuk mengunjungi sejenis pusat kesenian Handycraft. Awalnya saya sempat sedikit malas mengunjungi "tempat wajib berhenti" apabila ikut tour seperti ini. Namun setelah masuk, rupanya ini adalah pusat kerajinan khusus bagi para korban Perang Vietnam. Jadi para pengrajinnya sebagian besar adalah orang berkebutuhan khusus. Sungguh senang rasanya melihat optimisme di wajah mereka dengan segala keterbatasan yang mereka miliki tidak membuatnya menjadi pesimis, malas-malasan apalagi berpikir untuk berbuat kriminal malah menjadikan mereka terpacu untuk semakin rajin dan berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Hasil penjualan dari pusat kesenian ini juga akan disumbangkan untuk yayasan khusus yang menaungi korban perang Vietnam tersebut.




Seorang bule mencoba lubang yang sudah dimodifikasi
Setelah makan siang, akhirnya kita mengunjungi Cu Chi Tunnels yang dulunya merupakan pusat persembunyian tentara Vietnam saat mereka diserang oleh Amerika Serikat. Terowongan ini sengaja dibuat pendek dan kecil, sesuai dengan postur tubuh rakyat Vietnam sehingga serdadu AS tidak dapat masuk ke dalamnya. Selain untuk tempat persembunyian, terowongan ini ibarat sebuah "kota". Dimana terdapat juga dapur umum, pusat pengobatan, tempat tidur, dll. Saat pagi tiba, dimana embun masih menutupi wilayah ini, para wanita akan masak untuk seharian sehingga asap dari masakan tersebut akan bersatu dengan embun dan tidak terlihat oleh pesawat tentara Amerika. Konon katanya Cu Chi Tunnels ini membuat tentara Amerika cukup frustasi karena selain terowongonnya yang sangat sempit, sebagiannya juga dilengkapi dengan jebakan di tengah hutan sehingga banyak tentara AS yang jatuh korban di tempat ini.

Water Puppet Show di Ho Chi Minh City
Setelah puas berkeliling di Cu Chi Tunnel, kami kembali ke Ho Chi Minh City. Dalam perjalanan pulang, kami minta ke guide untuk diturunkan di Water Puppet Show, sebuah pertunjukan dari sejenis wayang namun dimainkan di atas air yang sangat lucu dan menghibur. Dengan pertunjukan yang di atas air seperti ini, otomatis seluruh pemainnya berada di belakang panggung dan mereka sudah sangat menguasai gerakan yang ditampilkan. Benar-benar membuat penonton kagum.



 
Kem Bach Dang Ice Cream
Malamnya, kami menyempatkan diri untuk kembali mengeksplor Distrik 1 yang memang merupakan pusat keramaian kota Saigon. Setelah makan malam di Pho 2000, atau yang biasa disebut dengan Pho for President karena di tempat inilah dahulu Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton pernah menikmati semangkok Pho bersama Presiden Vietnam yang merupakan kunjungan pertama presiden Amerika pasca Perang Vietnam yang menjadi tonggak sejarah awal normalisasi hubungan antar kedua negara pasca kejadian tragis tersebut. Setelah itu, agenda shopping di pasar malam Ben Tanh tidak dapat dilewatkan. Menutup hari kedua, kamipun mencoba Kem Bach Dang, sebuah ice cream shop yang terkenal dengan es krim di dalam batok kelapanya. Rasanya sungguh nikmat! Saat akan kembali ke hotel, kami pun melihat Trung Nguyen Coffee yang sangat tersohor itu. Oh iya, di seluruh negara Vietnam, hanya terdapat satu buah store Starbucks Coffee (di dekat New World Hotel). Konon katanya brand cafe internasional asal Amerika ini kalah total oleh Trung Nguyen yang sudah mempunyai puluhan outlet di Vietnam. Kopi asal Vietnam memang terkenal dengan rasanya yang luar biasa nikmat. Melihat jam yang masih belum terlalu malam, kami pun menjadi saksi kenikmatan kopi Vietnam malam itu.. Chúc ngũ ngon Saigon! (Selamat malam Saigon!)

No comments: