Tuesday 4 June 2013

Ho Chi Minh City: A Traveling Story.. (Part 1 of 3)

Changi Airport Singapore.
Kamis, 9 Mei 2013. Saya dan empat teman lainnya berangkat melalui Bandara Ngurah Rai yang tidak kunjung kelar juga proses renovasinya untuk bertolak menuju Changi Airport di Singapore. Bukannya akan mengunjungi negeri singa itu, tapi kami berlima hanya akan transit selama lima jam untuk selanjutnya mengunjungi Saigon atau yang kini secara resmi telah berganti nama menjadi Ho Chi Minh City, kota terbesar di negara Vietnam. Suatu negara yang belasan lalu pernah diguncang perang hebat dengan negeri adidaya Amerika Serikat. Perang yang penuh unsur politis antara negara liberalisme dengan komunisme. Rasanya terlalu panjang dan pelik untuk diceritakan. Tercatat, nyaris empat juta jiwa rakyat Vietnam menjadi korban dalam salah satu perang paling kejam dalam sejarah umat manusia ini.

Setelah puas berkeliling dan makan siang, announce pun telah memanggil pesawat kami Jetstar 3K557 untuk segera boarding dengan tujuan Ho Chi Minh City.. Here we come, Uncle Ho...

Tan Son Nhat International Airport (SGN).
Mendarat di Tan Son Nhat International Airport, suasana modern begitu terasa di bandara ini segera setelah kami keluar dari garbatara menuju terminal kedatangan bandara. Tidaklah terlalu besar, namun bersih dan teratur. Yang menarik adalah begitu kami melewati konter imigrasi. Wajah petugas imigrasi disini begitu kaku, jutek, tegas, apapun itu namanya namun membuat siapapun menjadi tidak nyaman. Tidak ada satu kata pun terucap dari mereka, pertanyaanpun tidak ada. Tapi tidak sampai 60 detik kemudian, dia segera menyodorkan paspor hijau saya kembali dengan tambahan stempel "VIETNAM for 30 days social visit" Hahaayy..

Kami akhirnya memutuskan untuk menuju hotel yang telah kami pesan sebelumnya via web dengan menggunakan taksi. Usahakanlah untuk selalu menggunakan taksi merek "Vinasun" dan "Mai Linh" selama di Ho Chi Minh City. Reputasi taksi di kota ini yang suka menipu turis dengan harga yang mencekik, lalu suka disasarkan sungguh terkenal namun tidak perlu khawatir karena kedua merek taksi tadi mempunyai reputasi yang bagus seperti Blue Bird Taxi di Indonesia. Yang membuat kami cukup kaget ketika memasukin pusat kota adalah perilaku pengedara sepeda motor disini. Ugal-ugalan, semrawut, dan begitu banyak. Sepertinya Surabaya atau Jakarta saja kalah dalam hal kepadatan sepeda motor. Masalah akan terjadi ketika Anda akan menyeberang disini. Saran saya bagi first-timer, menyeberanglah beramai-ramai bersama turis lain atau warga lokal.

Situasi dekat Ben Tanh Market, Saigon.
Hotel kami yang terletak di Pham Ngu Lao area ternyata seperti tourist area di Saigon. Mengingatkan saya akan Khaosan Road di Bangkok yang begitu ramai itu. Turis berbaur dengan warga lokal, duduk di pinggir jalan menikamti es kopi atau bir Saigon. Itulah gambaran Pham Ngu Lao. Segera setelah menyelesaikan check in, kami sudah tidak sabar untuk mengeksplor district1 kota ini, yang merupakan pusat keramaian dan lokasi wisata Saigon. Karena perut kami yang sudah lapar, tujuan pertama adalah restoran Pho 24, yang terletak di samping Ben Tanh Market.

City Hall Saigon.
Malamnya, kami kembali berkeliling di area Ben Tanh Market. Rupanya, di malam hari terdapat sejenis night market di kiri dan kanan pasar ini. Barang yang ditawarkan sebagian besarnya berupa produk lokal seperti pakaian, souvenir, kopi, makanan dan berbagai barang lainnya yang cocok digunakan untuk oleh-oleh. Ada beberapa tempat makan seafood di sekitar pasar yang cukup menggiurkan. Namun karena alasan kebersihan akhirnya kami mengurungkan niat untuk makan disana dan menuju ke City Hall, bangunan peninggalan kolonial Prancis. Karena bekas jajahannya, budaya Vietnam sangat lekat dipengaruhi oleh Prancis. Mulai dari roti baguette yang mudah ditemui disana, setir kiri, hingga gaya bangunannya. Malam itu setelah puas berkeliling, kami pun mencoba menyantap daging dan calamari bakar sambil menyeruput bir Saigon yang begitu terkenal itu. Semakin malam, area tempat kami menginap semakin ramai dengan live music, suara turis yang bersahutan, dan ketika itulah saatnya mengucapkan Welcome to Saigon...

(to be continued...)

No comments: