Showing posts with label Kisah. Show all posts
Showing posts with label Kisah. Show all posts

Saturday, 26 November 2016

JOGJAKARTA TRAVEL GUIDE

Jogjakarta has always been my top local travel destinations in Indonesia, when I am writing these travel guide stories, I find it hard for me to start with them, not only because each place is different, they are also charming in their own way, if you ask me what I truly love the most about Jogjakarta, then it's most likely the humbleness of the overall, and the people.

Post ini bakal menjadi guidance buat kamu travelling di Jogjakarta, dan bagi first-timer, saya berharap postingan ini bakal ngebantu kamu. Tentu ini bukanlah list yang komplit karena saya disini dalam waktu yang terbatas. Normalnya untuk menelusuri Jogjakarta kamu bakal butuh 4 hari, hal ini termasuk mengunjungi Kota Solo atau Surakarta yang hanya berjarak 60 menit. I have been to Jogjakarta five times in my life and there is just something so mysterious about Jogjakarta that I find each visit to be quite different.

LOKAL RESTAURANT
(Twitter/Instagram: @lokal_id)

Begitu mendarat di Bandara Adi Sucipto, Restaurant Lokal menjadi lokasi breakfast kami. Tempat yang juga menjadi salah satu lokasi syuting AADC2 ini menawarkan berbagai menu lokal khas Jogjakarta dan masakan Indonesia secara umum.

Rate: 8/10
Price: Rp 30.000 - 50.000
Lokasi: Jalan Jembatan Merah NO.104C, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55283







HOUSE OF RAMINTEN

Tempat makan yang buka 24 jam, kental dengan nuansa mistis namun wajib dikunjungi. Menunya begitu unik dengan harga aman di kantong.

Rate: 7/10
Price: Rp 1.500 -  17.500
Lokasi: Jalan Faridan Muridan Noto No. 7, Kotabaru, Gondokusuman, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224

GUDEG BU DJUMINTEN

Selalu jadi favorit setiap kembali ke Jogja, rasanya yang pas antara campuran manis dan asin. Berlokasi sekitar 15 menit berkendara dari kawasan Malioboro, gudeg Bu Djuminten adalah must-visit kalau kamu berada di kota gudeg ini.

Rate: 7,5/10
Price: Rp 16.000 - 24.000
Lokasi: Jl. Poncowinatan No.51a, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55233

IL TEMPO DE GELATO

Gelato ala Jogja yang tidak kalah dengan gelato di Bali! Rasanya begitu pas dan gak bikin eneg. Maklum karena ternyata empunya adalah warga Italy asli. Di tengah cuaca panas siang hari, Il Tempo De Gelato adalah surga! 

Rate: 7,5/10
Price: Rp 24.000 - 30.000
Lokasi: Jl. Prawirotaman No.43, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55153






SATE KLATAK PAK BARI

Juga merupakan salah satu lokasi syuting film AADC2, sate daging sapi yang dimasak dengan jeruji besi ini merupakan masakan khas Jogja. Kematangan yang merata dan gurih merupakan rahasia kelezatannya. Jangan sampai salah, karena di lokasi ini begitu banyak terdapat pilihan sate klatak, namun yang paling terkenal adalah Pak Bari.

Rate: 7/10
Price: Rp 20.000 - 40.000
Lokasi: Jl. Kedaton, Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

ROASTER AND BEAR
(Instagram: @roasterandbear)

Konsep cafe & resto kekinian yang Instagramable, lokasinya di Jalan Mangkubumi yang hanya 10 menit dari Malioboro dan 1 menit dari Tugu Jogja membuat Roaster and Bear tidak pernah sepi pengunjung. Masakan dan kue yang dihidangkan juga nikmat dengan harga yang masih reasonable. Disini, kita bisa berfoto bersama boneka Bear yang sangat besar.

Rate: 8/10
Price: Rp 35.000 - 55.000
Lokasi: Jl. Margo Utomo No.52, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55233





JEJAMURAN

Cukup terkenal di kalangan wisatawan karena lokasi restaurantnya yang cukup strategis dan di jalur Jogja-Magelang dan pasti dilewati oleh wisatawan yang hendak menuju atau kembali dari kawasan Candi Borobudur. Seluruh masakan yang dihidangkan adalah terbuat dari jamur. Apabila Anda kembali dari Borobudur di siang atau sore hari, jangan lupa untuk mampir di Jejamuran.

Rate: 7.5/10
Price: Rp 45.000 - 60.000
Lokasi: Jalan Pramuka, Niron, Pandowoharjo, Kec. Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55512.


Selain beberapa wisata kuliner di atas, Jogjakarta juga kental akan nuansa sejarah dan budaya. Beberapa tempat yang wajib kamu kunjungi di Jogjakarta:

CANDI PRAMBANAN



TAMAN SARI WATER CASTLE 



RUMAH DOA BUKIT RHEMA (GEREJA AYAM) 

Selain tempat di atas, tentunya adalah wajib sifatnya untuk mengunjungi tempat must-visit di Jogja seperti Malioboro, Keraton Jogja, Museum Benteng Vredeburg, Candi Ratu Boko, serta Wisata Alam Kali Biru yang semakin terkenal.

TRANSPORTASI

Apabila ingin menggunakan transportasi umum, TransJogja merupakan layanan mass road transport yang cukup reliable dan handal. Selama disana, kami beberapa kali menggunakan layanan bus ini. Bagi kalian yang memiliki Flazz BCA & Mandiri e-Money, kedua kartu cashless ini bisa digunakan di shelter TransJogja dan mendapatkan potongan harga (menjadi hanya Rp 2.400 dibandingkan harga normal Rp 3.500). TransJogja terdiri dari 4 line dan dapat menjangkau beberapa lokasi penting seperti Bandara Adi Sucipto, Candi Prambanan, Malioboro (ada tiga shelter yakni Stasiun Tugu, Malioboro Mal, dan Pasar Beringharjo), Tugu Jogja, Terminal Jombor, hingga Tugu Monjali. Saya pribadi tidak menganjurkan penggunaan angkot, delman, ataupun becak (apalagi apabila Anda tidak menguasai jalanan kota Jogja).

Dalam kunjungan terakhir ke Jogjakarta, kami juga sempat mencoba layanan taxi online berbasis aplikasi yakni SayTaxi dan menurut saya layanan yang diberikan sangatlah reliable dan nyaman dengan jumlah armada yang cukup banyak. Harganya pun masih relatif murah apabila dibandingkan dengan taxi konvensional.

"Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera orang duduk bersila"
KLA PROJECT - JOGJAKARTA
Quoting KLA Project's famous 90s hit "Jogjakarta" and it perfectly describes Malioboro's food scene where it's packed with food stalls Lesehan style where people sit on the floor shoeless. 

Yogyakarta is beautiful in every possible way, it has this beautiful blend of everlasting old culture and young soul. It's the smile and kind heart of the people that leaves the biggest love in my heart. Can't wait to go back to Jogjakarta soon! I hope you enjoy reading this post and I hope this is beneficial for you too. 

Anda punya rekomendasi atau ulasan tentang tempat lain di Jogjakarta? Drop di kolom comment ya! ;)

Tuesday, 4 June 2013

Ho Chi Minh City: A Traveling Story.. (Part 1 of 3)

Changi Airport Singapore.
Kamis, 9 Mei 2013. Saya dan empat teman lainnya berangkat melalui Bandara Ngurah Rai yang tidak kunjung kelar juga proses renovasinya untuk bertolak menuju Changi Airport di Singapore. Bukannya akan mengunjungi negeri singa itu, tapi kami berlima hanya akan transit selama lima jam untuk selanjutnya mengunjungi Saigon atau yang kini secara resmi telah berganti nama menjadi Ho Chi Minh City, kota terbesar di negara Vietnam. Suatu negara yang belasan lalu pernah diguncang perang hebat dengan negeri adidaya Amerika Serikat. Perang yang penuh unsur politis antara negara liberalisme dengan komunisme. Rasanya terlalu panjang dan pelik untuk diceritakan. Tercatat, nyaris empat juta jiwa rakyat Vietnam menjadi korban dalam salah satu perang paling kejam dalam sejarah umat manusia ini.

Setelah puas berkeliling dan makan siang, announce pun telah memanggil pesawat kami Jetstar 3K557 untuk segera boarding dengan tujuan Ho Chi Minh City.. Here we come, Uncle Ho...

Tan Son Nhat International Airport (SGN).
Mendarat di Tan Son Nhat International Airport, suasana modern begitu terasa di bandara ini segera setelah kami keluar dari garbatara menuju terminal kedatangan bandara. Tidaklah terlalu besar, namun bersih dan teratur. Yang menarik adalah begitu kami melewati konter imigrasi. Wajah petugas imigrasi disini begitu kaku, jutek, tegas, apapun itu namanya namun membuat siapapun menjadi tidak nyaman. Tidak ada satu kata pun terucap dari mereka, pertanyaanpun tidak ada. Tapi tidak sampai 60 detik kemudian, dia segera menyodorkan paspor hijau saya kembali dengan tambahan stempel "VIETNAM for 30 days social visit" Hahaayy..

Kami akhirnya memutuskan untuk menuju hotel yang telah kami pesan sebelumnya via web dengan menggunakan taksi. Usahakanlah untuk selalu menggunakan taksi merek "Vinasun" dan "Mai Linh" selama di Ho Chi Minh City. Reputasi taksi di kota ini yang suka menipu turis dengan harga yang mencekik, lalu suka disasarkan sungguh terkenal namun tidak perlu khawatir karena kedua merek taksi tadi mempunyai reputasi yang bagus seperti Blue Bird Taxi di Indonesia. Yang membuat kami cukup kaget ketika memasukin pusat kota adalah perilaku pengedara sepeda motor disini. Ugal-ugalan, semrawut, dan begitu banyak. Sepertinya Surabaya atau Jakarta saja kalah dalam hal kepadatan sepeda motor. Masalah akan terjadi ketika Anda akan menyeberang disini. Saran saya bagi first-timer, menyeberanglah beramai-ramai bersama turis lain atau warga lokal.

Situasi dekat Ben Tanh Market, Saigon.
Hotel kami yang terletak di Pham Ngu Lao area ternyata seperti tourist area di Saigon. Mengingatkan saya akan Khaosan Road di Bangkok yang begitu ramai itu. Turis berbaur dengan warga lokal, duduk di pinggir jalan menikamti es kopi atau bir Saigon. Itulah gambaran Pham Ngu Lao. Segera setelah menyelesaikan check in, kami sudah tidak sabar untuk mengeksplor district1 kota ini, yang merupakan pusat keramaian dan lokasi wisata Saigon. Karena perut kami yang sudah lapar, tujuan pertama adalah restoran Pho 24, yang terletak di samping Ben Tanh Market.

City Hall Saigon.
Malamnya, kami kembali berkeliling di area Ben Tanh Market. Rupanya, di malam hari terdapat sejenis night market di kiri dan kanan pasar ini. Barang yang ditawarkan sebagian besarnya berupa produk lokal seperti pakaian, souvenir, kopi, makanan dan berbagai barang lainnya yang cocok digunakan untuk oleh-oleh. Ada beberapa tempat makan seafood di sekitar pasar yang cukup menggiurkan. Namun karena alasan kebersihan akhirnya kami mengurungkan niat untuk makan disana dan menuju ke City Hall, bangunan peninggalan kolonial Prancis. Karena bekas jajahannya, budaya Vietnam sangat lekat dipengaruhi oleh Prancis. Mulai dari roti baguette yang mudah ditemui disana, setir kiri, hingga gaya bangunannya. Malam itu setelah puas berkeliling, kami pun mencoba menyantap daging dan calamari bakar sambil menyeruput bir Saigon yang begitu terkenal itu. Semakin malam, area tempat kami menginap semakin ramai dengan live music, suara turis yang bersahutan, dan ketika itulah saatnya mengucapkan Welcome to Saigon...

(to be continued...)

Sunday, 19 May 2013

Malioboro, Borobudur, dan Trans Jogja

Hari kedua di Jogja selain Malioboro juga akan diisi dengan wisata candi. Apalagi kalau bukan Borobudur dan Prambanan, keduanya sangat indah dan yang paling penting keduanya merupakan peninggalan bersejarah karya anak bangsa -yang sayangnya- terkesan kurang diperhatikan oleh pemerintah akan pengelolaan dan perawatannya.

Setelah puas menyantap breakfast di Hotel Whiz Jalan Dagen (Malioboro area) berupa Gudeg Yu Djum, perjalanan pun dimulai dengan menaiki Trans Jogja rute 2A di Halte Malioboro lalu berhenti di Terminal Jombor. Sempat ada ganti halte sekali (saya lupa nama haltenya) tapi ini bisa ditanyakan kepada petugas Trans Jogja di halte maupun di dalam bus. Secara umum para petugas bus sangatlah ramah dan informatif tentang tujuan dan objek wisata di Yogyakarta. Dari terminal Jombor, naiklah bus jurusan Borobudur (sekitar 1 jam arah Magelang dan ongkosnya 10 ribu). Turunlah di pemberhentian terakhir (tanyakan kepada kondektur di atas bus). Ingatlah bahwa ini adalah bus non-AC, namun mengingat udara di Jogja tidak sepanas di Bali maupun Surabaya rasanya ini tidaklah masalah). Dari terminal terakhir ini, bisa naik andong atau becak ke candinya (biasanya kusir akan menawarkan paket ke tiga candi yang akan membuat Anda bingung karena disitu juga ada Candi Mendut, jadi sebaiknya langsung saja bilang kalau mau ke Candi Borobudur) ongkos sekitar 10-15 ribu (ingat rajin nawar).

Tiket masuk candi harganya 30ribu, dan kompleks candi ini dibuka mulai pukul 6 pagi. Saran saya kalau Anda tidak mau berpanas-panasan dan berjubel dengan turis lain, datanglah pagi hari ketika kompleks candi masih sepi. Setelah masuk, Anda akan ditawari untuk naik kereta untuk mendekati candi. Saran saya naiklah kereta ini, selain tarifnya hanya 10ribu juga ada free air minum botol dan jarak ke candi ternyata lumayan jauh apabila berjalan kaki, lumayan ngirit tenaga terutama bagi Anda yang punya jadwal yang masih cukup padat. Bagi yang mau membeli barang dan oleh-oleh harga di dalam kompleks candi ini termasuk murah dan lebih rasional dibandingkan dengan penjual di pinggir jalan Malioboro (jangan lupa rajin nawar).

Setelah keluar dari Candi Borobudur, kami kembali ke Kota Jogja. Tujuan berikutnya adalah Candi Prambanan. Rute kesini adalah seharusnya kemarin sore sekembalinya dari Solo. Namun karena hujan deras yang tak kunjung berhenti, akhirnya rute Candi Prambanan harus dimasukkan ke hari kedua. Turun di Halte Prambanan, harga tiket masuk ke kompleks candi juga 30ribu. Rupanya karena gempa yang menimpa Jogja pada 2010 silam, saat ini Candi Prambanan cukup rusak parah. Proyek konstruksi ulang dan perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah masih belum dapat menyentuh seluruh sisi candi yang begitu bersejarah ini. Sedih rasanya melihat peninggalan sejarah harus retak-retak dan terkesan diabaikan oleh pemerintah Indonesia.

Sekembalinya dari Candi Prambanan, hari sudah hampir sore ketika kami menaiki Trans Jogja dan turun di Halte Malioboro 2 yang berada dekat dengan Jalan Dagen. Karena seharian sudah berkeliling dan menikmati keindahan candi, malamnya kami mengunjungi Plaza Ambarukmo Jogja yang konon merupakan salah satu mall terbesar di kota ini. Dan benar saja, malam itu suasana cukup ramai. Setelah berkeliling dan mencoba beberapa cakes, kami akhirnya kembali lagi ke Malioboro untuk menikmati suasana khas Jogja. Di dekat Mal Malioboro kami mencoba Artemi Ice Cream yang cukup terkenal dan memang benar bahwa rasanya sangat nikmat dan dapat dicoba.